Senin, 12 Januari 2009

cerita setelah purnama tahun baru

Purnama bersinar garang menelanjangi seluruh daratan di bawahnya sampai ke pucuk bunga-bunga yang teronggok layu di atas pekuburan, dan sisakan sejenis kilatan di atas nisan putih yang berdiri kaku sejak siang hari tadi.

Besok, ketika matahari kembali berkuasa, yang tersisa kemudian hanyalah bayang-bayang hitam yang tajam terbentang di tanah retak terbelah dan sesekali ditutupi debu yang beterbangan ganas

Seseorang bergegas di antara gedung-gedung ambruk, tutupi hidungnya ketika melewati mobil-mobil ringsek, tapi masih bisa mencium bau ban karet terbakar dan aroma sangit daging hangus terpanggang

Tiba-tiba dia tertegun, seakan mendengar kembali jerit gembira dari bocah-bocah yang biasa bermain di pojok jalan itu

Dia tertunduk sejenak setelah melihat berkeliling, tak ada anak-anak bermain, dan dia sadar baru terbawa arus kenangannya sendiri

Dan bahwa anak-anak itu sudah diantarkannya ke kuburan bersama rombongan yang besar, dan masing-masing anak mereka beri hadiah nisan putih yang mungil

Dan bahwa masih banyak orang yang ingin menggambar ulang peta bumi dan merevisi batas-batasnya, dengan cara apapun

Dan untuk itu, men-delete tawa riang bocah-bocah kecil bukanlah persoalan besar

11 Januari 2009

Tidak ada komentar: